Ketakutan Menuju Kematian: Sebuah Refleksi Iman Untuk Menghadapi Kematian
Penulis: Sinuyu Waruwu,
S.Th., M.Pd., C.PS.
Dalam sebuah ceramah saya pernah menanyakan kepada jemaat "apakah mereka
takut mati?" Mereka menjawab dengan lantang tidak takut terhadap kematian.
Kemudian saya mengajukan pertanyaan kedua "jika hari ini terjadi gempa
dahsyat dan kita mati bersama tertimbun bangunan, apakah bapak/ibu sudah
siap?" Ruangan yang tadinya hidup jemaat satu dengan yang lain saling
bertanya dan menyampaikan jawabannya kepada orang yang disampingnya tiba-tiba
hening seketika.
Bagaimana jika pertanyaan yang sama ditanyakan kepada anda? Saya percaya bahwa
siapa saja bisa memberikan jawaban untuk terlihat tangguh terhadap kematian,
tapi jika kematian itu sudah ada di depan mata tidak ada seorang pun yang dapat
bertahan dan kebal tetap menyambutnya. Mengapa kematian begitu menakutkan?
Karena dengan menghembuskan nafas terakhir semua yang fana akan berakhir.
Tenggelam juga cita-cita, terpisah dengan orang yang kita sayangi dan mungkin
saja enggan meninggalkan jabatan atau tumpukan kekayaan. Mati berarti siap
melepaskan segala sesuatu yang mengikat diri kita secara material dan semu.
Jika seorang ayah merindukan anaknya ketika berpergian jauh terlebih lagi
kematian akan pergi selamanya. Namun, beberapa orang mengalami perasaan takut
terhadap kematian secara berlebihan. Gejala ini disebut sebagai thanatophobia.
Thanatophobia merupakan perasaan takut mati berlebihan. Hal ini bisa disebabkan
karena kecemasan, kecewa, khawatir dengan orang terdekat yang ditinggalkan
(orang tua, suami/isteri, anak, cucu) dan bisa disebabkan juga karena teringat
orang dekat yang telah meninggal.
Sekarang saya akan membawa anda melihat bagaimana Tuhan Yesus yang dalam
kemanusiaan-Nya mengalami ketakutan saat menghadapi kematian. Lukas 22:44
berbunyi "Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa.
Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah."
dalam terjemahan BIMK berbunyi "Yesus sangat menderita secara batin
sehingga Ia makin sungguh-sungguh berdoa. Keringat-Nya seperti darah menetes ke
tanah." Dari nats ini kita dapat menarik sebuah pencerahan bahwa Tuhan
Yesus sendiri takut dan menderita secara batin ketika menghadapi kematian
sehingga Ia sungguh-sungguh berdoa untuk meminta kekuatan menghadapi kematian.
Keringat-Nya terlihat seperti darah, hal ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus
benar-benar mengalami ketakutan yang begitu dahsyat dan mendalam, hati-Nya
bergejolak dan penuh kebimbangan akan apa yang sedang menanti.
Oleh karena itu orang Kristen diajarkan untuk siap sedia menghadapi kematian kapan
pun itu waktunya. Secara manusia kita mungkin takut terhadap apa yang
terjadinya setelah kematian dan khawatir akan yang terjadi kepada orang-orang
yang kita tinggalkan. Namun, Tuhan Yesus juga mengingatkan kita "Aku
berkata kepadamu Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang
kekal (Yohanes 6:47)" sebab Tuhan Yesus adalah kehidupan "Akulah
kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia
sudah mati (Yohanes 11:25)."
Tuhan Yesus memang dalam kemanusiaan-Nya takut menghadapi kematian tapi kita
jangan lupa bahwa Tuhan Yesus adalah Allah. Untuk itu Ia berkata bahwa barang
siapa percaya ia akan beroleh kehidupan kekal setelah kematian. Kita tahu
bersama dalam ajaran gereja yang murni bahwa setalah kematian kita akan
diperhadapkan pada kekekalan, yaitu kehidupan kekal di Surga atau kematian
kekal di Neraka. Tuhan Yesus telah mati bagi kita untuk menebus hidup kita yang
terjual karena dosa, berada di bawah penghukuman tetapi telah dibelinya dengan
darah yang Kudus dan tak bercela sehingga kita beroleh kehidupan kekal
bersama-bersama dengan Dia dalam kerajaan-Nya.
Dengan demikian kita tidak perlu takut pada kematian meski sudah berada di
depan mata karena Tuhan Yesus telah memberikan kita kepastian kehidupan abadi
bersama Dia. Kita tidak perlu khawatir terhadap orang-orang yang kita
tinggalkan sebab Allah memelihara mereka melalui Roh Kudus, supaya selalu
terpelihara dalam kasih karunia dan pertolongan-Nya. Ingat kata rasul Paulus
"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipina
1:21)". Selama masih hidup mari kita hidup dalam Kristus, hidup sesuai
perintah dan kehendak-Nya dan apabila kematian itu datang kita sambut dengan
tangan terbuka sebab kematian adalah keuntungan karena bertemu dengan Tuhan
Yesus kekasih jiwa kita.
Referensi:
Alkitab TB LAI.
Alkitab BIMK
dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa, "Mengenal Thanatophobia, Rasa Takut Mati
yang Berlebihan" 26 April 2025. https://hellosehat.com/mental/gangguan-kecemasan/takut-mati-thanatophobia/
0 Comments