DUNIA PENUH CANDAAN, KITA TERTAWA LEPAS DIKIRA GILA, TERTAWA SEANDANYA DIKIRA PURA-PURA "PENULIS: SINUYU WARUWU"
DUNIA PENUH CANDAAN,
KITA TERTAWA LEPAS DIKIRA GILA, TERTAWA SEANDANYA DIKIRA PURA-PURA
Penulis: Sinuyu Waruwu
Aku lupa bahwa keadaan
itu menyulitkanku untuk berpikir lebih dalam. Situasi yang kacau tak mampu
memberi keheningan dan kejernihan menelaah segala peristiwa. Aku merindukan
ketenangan dan jauh dari hiruk-pikuk aktivitas manusia. Aku ingin menyendiri dan
merungkan hidup ini. Langkah telah melintasi waktu dan tempat yang berbeda,
merindukan suasana baru tapi bukan pindah provinsi, saya ingin menatap di sini,
ya saya ingin di pulau ini saja tapi di tempat yang berbeda dengan suasana dan
orang yang berbeda pula. Tapi tak mungkin itu bisa kulakukan, aku punya
tanggungan dan punya tanggung jawab baik dalam pekerjaan maupun orang terdekat.
Jika bisa kuabaikan itu semua tentu alangkah indahnya tapi itu menyita hati
nuraniku.
Aku telah melakukan
banyak hal untuk merubah hidup tapi seolah-olah tak ada perubahan satu pun.
Beradu nasib dengan orang lain yang sebaya bahkan lebih tua. Tapi apa boleh
buat, seolah-olah semuanya berlalu bersama waktu tanpa hasil. Hanya
pembelajaran yang tersisa mengobati perjuangan dan letih selama tiga tahun
terakhir.
Apakah indah hari esok?
Mungkin tahun depan? Suara itu selalu menggugah hati untuk menjawab. Namun,
tidak ada jawaban, hanya usaha yang seadanya kulakukan untuk mengisi kehampaan.
Tidak heran pekerjaan yang ku geluti sekarang sia-sia. Lelah itu hasilnya,
bukan semangat melainkan berserah. Berulangkali aku mengingatkan diriku sendiri
tapi entah mengapa alarm itu melaju cepat.
Apakah aku harus hidup
seperti ini untuk tahun berikutnya? Mungkin ada perubahan jika anugerah itu
berpihak tapi jika tidak akan ku nikmati meskipun harus berdarah-darah. Banyak
video, artikel dan buku-buku telah ku baca tentang perjuangan tapi tidak satu
pun sealiran dengan perjalanan hidupku.
Seorang teman pernah
mengingatkan bahwa kita menjalani hidup ini harus realistis, idealis menjebak
dan membunuh kita secara perlahan. Dunia ini sangat realistis maka kita harus
menjalani dengan mata terbuka, bukan dengan sekumpulan angan. Dunia ini indah bagi
orang berkuasa dan beruang untuk melombakan ide mereka. Bagi kita yang berada
pada kelas sosial dan ekonomi menengah ke bawah sangat melelahkan untuk
menaikkan derajat. Lebih menyakitkan lagi hanya satu dari sepuluh orang yang
bisa mengangkat derajatnya, itu pun segala rasa kekecewaan dan sakit telah
terkecap.
Renungankanlah betapa
melelahkan mengejar yang tidak kita punya sampai kita lupa mensyukuri apa yang
sudah kita miliki. Dunia penuh candaan, kita tertawa lepas dikira gila, tertawa
seandanya dikira pura-pura dan bertopeng. Sangat menyakitkan bukan? Ya, begitu
dunia bekerja. Jangan menyalahkan siapa pun, terima dan syukuri saja.
Memberontak pun tak ada gunanya yang pada akhirnya menyalahkan diri
sendiri.
Hati yang gembira adalah obat yang manjur tapi semangat yang patah mengerikan tulang. Memperbaiki hati dan melampangkan dada seluas mungkin supaya bisa menerima yang terjadi.
0 Comments